Tuesday, June 4, 2013

Naik Taksi di Johor Bahru

Sebentar. Saya mau teriak dulu..
Arrrrrgggghhhhhhh!!!

Si Taksi Merah

Jadi begini ceritanya..

Last trip saya dan keluarga kemarin ke Johor Bahru diselingi pengalaman yang sedikit "menguras emosi" masalah transportasi. Ekspektasi saya yang mengharapkan akan semudah ketika berkeliling Singapore kemarin benar-benar terlalu tinggi. Yaa.. Salah saya juga siy, padahal si Ayah alias Suami saya tercinta itu sudah mengingatkan dari jauh-jauh hari berhubung dia sudah beberapa kali bolak-balik Malaysia.

Sebenarnya ngga ada yang terlalu serius siy, cuma karena as always bawa dua Balita rempong ini, ya tentunya kenyamanan jadi faktor utama.

Keluar dari Senai Airport menuju Citrus Hotel di Central Johor Bahru, saya menggunakan taksi bandara yang berwarna putih. Harga flat sudah ditentukan bandara senilai 44 Ringgit. Lumayan. Taksinya masih kinclong, bersih dan harum. Mobilnya sejenis New Escudo kalau di Jakarta. Si Pak Cik sopirnya juga ramah. Buttttt.. Ketika berada di jalan besar Johor Bahru yang mana bebas hambatan itu, si Pak Cik-nya memacu mobilnya sampai 100 Km/jam dengan jarak hanya 3-5 M dari mobil didepannya. Gilakkk. Sepanjang perjalanan otomatis saya isi dengan zikiran. Ampun Gusti.

Tapi Alhamdulillah.. saya sampai di hotel dengan selamat sentausa kok, dan positifnya berdampak uang 2-3 Ringgit yang sudah saya siapkan untuk tips tentu saja urung keluar dari dompet. Mohon maaf ya Pak Cik.

Pengalaman kedua naik taksi di Johor Bahru adalah ketika perjalanan dari hotel ke Legoland. Sebelumnya sudah sempat survei tanya-tanya dengan petugas hotel. Kesimpulannya adalah taksi merah lebih murah dari taksi biru. Sempat pesan taksi merah dari hotel tapi ternyata ngga dapat. Jadilah saya dan keluarga terpaksa naik taksi biru. Lumayan (mahal) deh, jarak hotel-Legoland yang lebih dekat daripada Senai-hotel itu jadi senilai 49 Ringgit menggunakan argometer. Biarpun berasa di rampok tapi tak apalah, mobilnya baru siy, bersih. Innova pulak, anak-anak jadi bebas jumpalitan seperti biasa ketika naik mobil Eyang Kakung-nya yang super lega.

Pulang dari Legoland berharap nemu taksi merah. Penasaran juga sama harganya. Tapi ternyata di Legoland hanya disediakan taksi biru. Ya sudah.. Lagi-lagi terpaksa naik taksi biru. Kali ini saya harus bayar 53 Ringgit (eh apa 56 yaa.. Sekitar segitu lah). Terlalu excited untuk mengeluh saat itu, tapi pas makan malam baru berasa dirampoknya ketika ingat 50an Ringgit saya berkurang lagi satu hanya untuk membayar taksi.

Esok harinya, si Ayah nekad cari taksi merah sendiri untuk pergi ke Hello Kitty Town demi memenuhi rasa penasaran menggunakan taksi merah yang katanya jauh lebih murah. Ehh dapattt! Yay! Menggunakan argometer lagi. Senang sekali, karena sebelumnya sempat diberi tau juga banyak taksi merah "gelap" yang masang tarif atau argonya "dimainin". Belum juga selesai meng-amini, tiba-tiba ketika saya masuk ke dalam taksinya - dupa, sesajen, gantungan semacam tasbih berukuran besar dan foto-foto leluhur nangkring menyambut dengan indah di dashboard dan kaca spion tengah. Ternyata, sopirnya Aki-aki Chinese. Ramah siy, tapi sepanjang perjalanan saya jadi tak hentinya menatap "hiasan" mobil tersebut yang lebih seperti toko-toko di daerah glodok, belum lagi aromanya yang sedikit asing di hidung saya. Tapi mengingat ternyata ongkosnya cuma 25 Ringgit, yaa baiklah.. Ada harga ada barang.

Pulang dari Hello Kitty Town lagi-lagi saya berharap menemukan taksi merah demi penghematan. Dan.. Adaaa. Satu-satunya! Tiba-tiba si sang sopir India empunya mobil tersebut nyamperin si Ayah dan bertanya kemana tujuan. Setelah bilang Citrus Hotel.. dia lalu mematok harga 45 Ringgit. Saya langsung menolak mentah-mentah. Karena tadi berangkat menggunakan taksi merah ber-argo cuma 25 Ringgit saja. Bla bla bla bli bli bli.. Akhirnya disepakati 40 Ringgit tapi mampir ke daerah Perling untuk mengambil sepeda lipat pesanannya si Ayah. Sampai di toko sepeda si Pak sopir India ikutan turun, the shocking part is begitu si Pak sopir India ngeliat si Ayah ngeluarin uang lebih dari 1.000 Ringgit buat bayar sepeda.. Dia minta tambahan loh 10 Ringgit dengan alasan nunggunya terlalu lama. Apa-apaan?! Lagi-lagi saya yang protes. Tadi kesepakatannya kan sudah jelas. Di jalan hampir sampai hotel si Ayah ikutan keukeuh ngga mau nambah 10 Ringgit, ehh ehh si Pak sopir pake jurus ngambek ngga mau dibayar. Ya sudahlah.. Daripada diposisikan sebagai orang yang "mendzolimi", maka keluar lagi 50 Ringgit dari dompet. Nasib. Semoga berkah deh yaa Pak Cik Indiahe.

Kapok naik taksi merah. Pulang ke bandara akhirnya diputuskan naik taksi biru yang paling kinclong dari yang ada yang saat itu nangkring di depan hotel saja. Lagian bawaan juga segambreng - carrier, twin stroller, sepeda dan kantongan-kantongan kecil oleh-oleh dan cemilan anak-anak. Perlu mobil yang agak besar, sementara taksi merah rata-rata berjenis sedan. Sempat ketar-ketir.. Berapa ya naik taksi biru ini ke Senai Airport secara jaraknya hampir 2x ke Legoland dari hotel. Pasrah. Sampai akhirnya di Airport argo menunjukan angka 72 Ringgit (saja). Legaaa. Ambil tas, buka dompet, keluarin uang.. Dan wattttt?! Begitu memandang argo lagi ternyata sudah berubah jadi 87 Ringgit. Tadinya mau protes, tapi begitu memandang dashboard ada stiker bertuliskan besar-besar AIRPORT CHARGE 15 RM. Glegh.

Arrrrrrgggghhhhhh.. Ikhlas, ikhlas, ikhlas.

~Bun

31 May 2013
Photo taken with Samsung Galaxy Note II

Tuesday, May 28, 2013

It's Legoland!

I do love Lego. Sumpah beneran, saya suka sekali mainan edukatif yang menyenangkan asal Denmark yang berbentuk persegi pipih dan ada jendolannya untuk dirangkai satu sama lain ini. Pertama kali tau bahwa akan ada Lego Theme Park di kawasan Asia, saya bertekad harus ke sana. Harus! Dan sama anak-anak saya yang pastinya akan suka juga sama lego seperti Bundanya. Sok yakin!

Maka ketika Theme Park tersebut sudah jadi, so here I am.. with my family. At Legoland Malaysia. Yay! Bravo! Tepuk tangan untuk Malaysia.

Girang. Aslik girang!!


Panas? Yes!! Mungkin karena Theme Park-nya baru jadi, pohon disini jadi baru ada sedikit sekali. Mana ngga ada tiang-tiang water spray, jadi rasanya kering kerontang banget. Untungnya saya bawa tissue basah, lumayan bisa buat penyejuk kulit. Anak-anak siy aman karena pakai stroller, tinggal buka tudung stroller-nya. Taraaa..

First of all, gimana caranya kesini? Kalau saya siy kemarin 2 jam aja dari Jakarta langsung ke Senai naik pesawat. Karena Legoland yang berada di Gelang Patah hotelnya belum jadi dan masih jarang hotel bagus disekitarnya, maka saya menginap di Johor Central lalu kemudian kesini naik taksi. Kalau mau tau kisah lengkapnya perjalanan naik taksi yang mengharu-biru baca disini. Perjalanan kesini dari Central Johor kurang lebih sekitar 30 menit.

Legoland memberlakukan sistem early booked discount. Jadi kalau beli jauh-jauh hari pasti dapat potongan harga. Kemarin tiket untuk adult dari harga 140 RM jadi 112 RM, untuk child above 3 years dari 110 RM jadi 88 RM saja. Keterangan selengkapnya ada disini.

Apa aja yang ada di Legoland?

Ya yang pasti permainan kayak Dufan. Cuma ini versi lebih canggih dan modernnya.. dan bertema Lego pastinya. Dari keseluruhan arena bermain, Theme Park ini di kelompok-kelompokan menjadi 7 tema, The Beginning, Miniland, Imagination, Lego Technic, Lego Kingdom, Land of Adventure dan Lego City. Yang menarik, di Miniland ada icon dari Indonesia yaitu Tanah Lot. Jadi pertanyaan buat saya siy, kenapa Tanah Lot ya? Padahal Candi Borobudur atau Monumen Nasional akan tampak lebih keren kalau dibuat versi Legonya. Iya ngga siy? Anyhow, overall oke lah. Salut!

Lagi-lagi, berhubung saya bawa dua balita rempong.. jadinya ngga semua permainan bisa dinaikin. Mau ganti-gantian jaga anak-anak sama si Ayah juga ngga seru rasanya sendiri-sendiri. Pass lagi deh permainan seru macam Roller Coaster. Padahal ada dua Roller Coaster seru di sana, yang satu setinggi 12 meter, yang satunya 18 meter.

Saya baru menyadari bahwa Legoland ini benar-benar gersang setelah naik Observation Tower setinggi lebih dari 40 meter. Ya ngga heran siy, karena memang Theme Park ini belum sepenuhnya selesai.

Oya, pas kesini kemarin juga ada spanduk iklan gede-gede : OPENING SOON LEGOLAND WATERPARK. Yahhhhh.. kecepetan ternyata saya kesininya yaaa. Huhuhu.

Miniland : Petronas Twin Tower. Ini semua terbuat dari Lego. Kewl kan?

With Giant Minifigure Opsir. Itu Nabiya tidur pake kacamata terbalik ya?

Cool street direction.

Kenapa Pharaoh ini ada dimana-mana ya?

Lagi-lagi.. ini semua terbuat dari Lego. Ya iya lah.. namanya juga Legoland. Kalo terbuat dari dodol namanya dodoland.

Let's race!

Numpang foto di depan giant legonya kakek buyut.

Note : Setelah dibaca-baca dan dibuka-buka lagi blog sama kumpulan foto-foto di Legoland ini, baru ngeh.. ternyata saya lupa foto Miniland-nya Tanah Lot. Ngga ada satupun! Sedih!

28 May 2013
Photo Taken with Canon EOS 60D

Sunday, May 5, 2013

Enjoy Jakarta

Siapa bilang (buat warga Jakarta) nge-trip ke Monas itu membosankan? Buat saya yang sudah 30 tahun lebih hidup disini masih terasa menyenangkan kok. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di Monumen Nasional kebanggaan bangsa ini - sepedaan, sewa skuter, main layangan dan terutama.. hunting foto!

Monas kebanggaan Jakarta (dan saya).

What to do or not?

Pertama kalo main ke Monas, bawa bekal deh. Entah itu sekedar air mineral, cemilan ataupun nasi rantangan (eh kalo bawanya pakai kotak bekal bento yang unyu-unyu, jadi ngga norak kok). Mengapa demikian? Berdasarkan pengalaman saya, beli air mineral botolan ukuran sedang saja bisa 5.000-7.000 Rupiah.. bahkan ada yang mematok 10.000 Rupiah satu botolnya. Belum lagi isyu kalo isinya air mentah refill-an. Terus beli pecel emperan yang free tikar buat duduk bisa sampai 40.000 Rupiah untuk 2 piring (yang ini asli shocking pas si Ibu penjual pecel ngasih "tagihan". Pingin protes, kalo minus tikar diskon 50% ya Bu!). Kalaupun mau jajan, kerak telor masih okelah, 20.000-25.000 Rupiah untuk sebuah kerak telor hangat masih dianggap pantas.

Kedua, bawa plastik kosong. Why? Buat tempat sampah! Agak susah tong sampah diseputaran Monas ini, kalaupun ada biasanya super penuh. Ngga mau kan bekas sampah kita jadi merusak taman yang sudah disediakan (untuk kita juga) jadi kotor dan jorok? So, mulailah dari diri sendiri buat merawatnya. Biarin aja orang lain jorok kampungan norak buang sampah sembarangan, yang penting kita ngga. Ya kannn..

Ketiga. Sesuaikan waktu berkunjung. Kalau mau naik ke atas Monas harus dibawah jam 3 sore. Lewat dari itu loket ditutup. Saya sendiri belum pernah dapat kesempatan untuk naik karena selalu datang kalau ngga sore ngejar sunset ya pagi-pagi hari minggu setelah menikmati Car Free Day which is anak-anak pasti udah terlalu lelah untuk menikmati keindahan Jakarta dari puncak Monas. Maunya molor pulang.

Keempat bawa kain bali. Biar kerenan dikit. Jangan tikar, agak gimana gitu yaa. Akakakakakakakaa.

Yang kelima but not least. Jangan pernah kebelet pipis disini. Trust me!

Stunning Sunset


Main layangan saat sunset itu sangat menyenangkan. Just try it!

Jadi, sebenarnya Jakarta ini sangat menarik dan menyenangkan. Hanya saja orang-orangnya yang kurang peduli. Andaikan semua sadar bahwa sarana umum seperti Monas ini wajib untuk kita ikut serta memeliharanya (bukan cuma kerjaan si Petugas kebersihannya saja) tentunya akan menjadi semakin lebih baik dan nyaman lagi. Toh kita sendiri yang akan menikmatinya.

Ngga susah, caranya.. jangan buang sampah sembarangan. Just start from the man in the mirror.

My favorite composition.

4 May 2013
Photo taken with Samsung Galaxy Note II

Saturday, April 20, 2013

Antara Bali dan Jakarta

Kerjaan paling menyenangkan disela-sela penerbangan adalah memotret awan. Atau keadaan apapun di luar pesawat. Selain bisa melupakan rasa takut saya akan ketinggian, saya jadi lebih produktif juga menghasilkan foto-foto berkualitas (menurut parameter saya loh).

Beberapa waktu lalu saat berkesempatan lagi ke Bali seorang diri, saya berhasil merekam ini. Just check it out.

Morning Jekardah..

My favorite budget flight.

Jakarta from above


Bluish Sky



Hello Bali

The sound of turbin was the scariest thing for me but at a time it is also a very nice object to shoot above the sky.

Menyenangkan ya? Dan kemungkinan besar saya akan terus melakukan ini disetiap perjalanan udara saya, selama saya masih merasa bahwa perjalanan melalui udara adalah perjalanan paling beresiko tinggi.

What could be more interesting while you fly alone?

13 April 2013
Photo taken with Samsung Galaxy Note II

Thursday, March 7, 2013

Instagram

Instagram.

Hari gini siapa yang ngga kenal media sosial yang satu ini? Semua bereksperimen dengan Instagram. Terutama pengguna smart phone berbasis Android, termasuk saya. Kolaborasi antara handphone canggih dan software "tanggap" kebutuhan yang sesuai dengan tuntutan jaman membuat semuanya jadi menyenangkan. Hal yang tadinya cukup njlimet ketika harus menggunakan kamera digital, perangkat komputer canggih dan software ribet yang mendukung juga akses internet, sekarang bisa dilakukan "sekedipan" mata saja. Kapan saja. Dimana saja. Buat para visual freak tentu saja Instagram jauh lebih menyenangkan ketimbang media sosial yang lain yang lebih banyakan ngebacotnya. Well.. no pict, hoax.. right?

Saya bukan "Instagram Expert". Jadi lebih baik saya menunjukan hasilnya saja ketimbang menjelaskan panjang lebar.

The Red Rubicon

Green Sands Lover

Big Baby Girl


White Clock

Catatan : Instagram ini pas banget buat journey bugs yang ingin selalu exist - jalan, jeprat-jepret, edit, posting (baca : pamer foto). Seperti saya. Hehe.

IG : taniaerniaty

Btw, ada bedanya loh mana foto yang pantas buat di upload di Instagram, di Path sama di Facebook. Siapa yang tau bedanya hayooo..

~Bun

Photo taken with Samsung Galaxy Note II